Nasional Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan  berharap penggantinya kelak bisa meneruskan program peningkatan pendidikan yang kini tengah berjalan, yaitu alih kelola SMU/ SMK ke Pemerintah Provinsi.

“Saya titip majukan dunia pendidikan di Jabar ke arah lebih baik lagi," kata gubernur usai bersilaturahim dengan para guru dan kepala sekolah SMU, SMK, SLB negeri dan swasta se-wilayah BKPP IV Jabar, di aula SMUN 8 Kota Bandung, Rabu, 5 Juli 2017)

Alih kelola SMU/SMK berlangsung sejak 1 Januari 2017 lalu.  Pemprov Jabar siap mengelola, baik dari segi anggaran maupun infrastruktur. Aher, sapaan akrab gubernur,  meminta penggantinya memprioritaskan program tersebut. Menurut Aher, tahun depan APBD Jabar akan banyak  terserap untuk kegiatan Pilkada 17 daerah, termasuk provinsi. Sedangkan pada  tahun 2019, tidak ada agenda yang membutuhkan anggaran besar.

Karenanya, ia meminta pada penggantinya agar  memanfaatkan momentum tersebut untuk fokus pada pendidikan seperti membangun sekolah, laboratorium, hingga peningkatan sumber daya manusia. ’’Siapa pun yang menjadi gubernur harus berpikir keras untuk manfaatkan anggaran tersebut. Fokus ke infrastruktur sekolah dan SDM, sehingga bisa semakin maju," katanya.

Aher juga meminta agar sekolah swasta diperhatian, karena pendidikan adalah hak seluruh anak bangsa. "Swasta juga anak bangsa, nggak boleh diskriminasi. Siapa pun warga Jawa Barat berhak mendapatkan pendidikan terbaik," ujarnya.

Kepala Dinas Pendidikan Jabar Ahmad Hadadi mengungkapkan pasca alih kelola SMU/ SMK semuanya berjalan lancar, termasuk hak bagi para guru. "Kami para guru dan pengawas di Jabar mengucapkan terima kasih untuk Pak Gubernur,’’  kata Hadadi.

Sementara itu, Bunda Literasi Jawa Barat, Netty Heryawan, menegaskan anak-anak di Jabar  harus sekolah. Jika tidak tertampung di sekolah negeri,  tidak ada salahnya mereka masuk ke sekolah swasta. Netty juga sangat mengapresiasi spanduk-spanduk yang menyerukan "Semua Bisa Sekolah", termasuk di medsos Dinas Pendidikan. Ia berharap tagline itu diiringi dengan perbaikan dalam mewujudkan Sekolah Ramah Anak Berbasis Bebas Kekerasan. "Suksesnya Sekolah Ramah Anak Berbasis Bebas Kekerasan ini harus ditunjang oleh tiga komponen. Pertama, aspek hardware yang berkaitan dengan lingkungan sekolahnya. Kemudian metode dan kurikulum. Terakhir, aspek brainware yang berkaitan dengan sumber daya manusianya," katanya. (*)