Seleb, YOGYAKARTA - Perupa kontemporer Heri Dono mengkritik kebijakan politik Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melalui lukisan. Karya Heri bernada satir dan humor itu dipamerkan di Tang Contemporary Art,Hong Kong pada 29 Juni-12 Agustus 2017.

Ia memberi judul lukisannya Trump VS the Dragon. Pada karya itu terdapat figur Trump berambut khas warna pirang. Presiden Abang Sam berukuran besar berkaki rudal bergambar bintang.

Pistol nangkring di kakinya yang bersisian dengan bendera Amerika Serikat. Trump juga digambarkan sedang berak di kloset berukuran kecil. Ia menodongkan pistol ke leher naga raksasa.

Menurut Heri, masyarakat dunia saat ini khawatir dengan sikap Trump yang bertindak dengan gaya Wild Wild West. Trump melihat kekuatan ekonomi Asia yang dilambangkan dengan figur naga. "Figur Trump saya gambarkan sebagai seorang pebisnis," kata Heri Dono, Kamis, 6 Juli 2017.

Sulit dibayangkan kalau dia ingin bermain perang-perangan seperti dalam film-film Hollywood. Ia tampaknya ingin menjalankannya dal dunia nyata, tanpa memiliki latar belakang pengalaman kemiliteran.
Trump seperti memberikan isyarat perang dengan kebijakannya melarang beberapa negara Islam untuk tidak boleh memasuki wilayah Amerika Serikat.

Karya itu satu di antara karya Heri Dono dalam pameran bertajuk
Land of Freedom. Terdapat tujuh karya lukisan dan satu karya seni instalasi.

Dalam pameran itu Heri ingin menyampaikan proses berdirinya Amerika Serikat dengan patung Liberty yang dikirim dari Perancis. Patung itu memberikan imaji kepada masyarakat dunia tentang kebebasan dan demokrasi dalam hal kemanusiaan dan.

Kemudian muncul angan-angan adanya American Dream bahwa di tanah Amerika kebebasan akan didapat. "Pertanyaannya sekarang apakah kebijakan Trump sekarang ini masih relevan dengan angan-angan masyarakat dunia?," kata Heri.

Protes Heri kepada Trump sebelumnya muncul dalam pameran tunggalnya pada 9 Februari- 3 Maret 2017. Pameran itu diberi judul Heri Dono: The Parody of The Angry Power di Smith Gallery di Davidson College.

Pameran itu tetap berjalan, tetapi Heri tidak mau menghadiri perhelatan itu sebagai sikap protesnya. "Saya tidak suka dengan terpilihnya Trump sebagai seorang presiden yang angkuh, kasar, rasis dan diskriminatif terhadap perempuan dan imigran," kata dia.

Kurator dan kritikus seni asal Cina Hou Hanru, mengatakan Heri Dono menggambarkan situasi politik terakhir lewat humor kaya imajinasi dan ilusi. Dia juga menghadirkan ketegangan antara ilusi dan kenyataan. "Karya Heri merupakan persimpangan budaya lokal dan seni kontemporer," kata Hou Hanru, dikutip dari Tang Contemporary.

SHINTA MAHARANI