Dunia, Caracas - Serbuan 100 orang bersenjata pentungan terhadap anggota oposisi parlemen Venezuela, Rabu, 5 Juli 2017, waktu setempat, membuat dunia kaget. Sejumlah gambar yang ditampilkan media sosial menunjukkan serangan brutal oleh pendukung presiden Nicolas Maduro mengakibatkan sedikitnya 15 anggota parlemen berdarah-darah.

Tak lama setelah insiden itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyampaikan kecaman. Bahkan meminta pemerintahan Presiden Nicolas Maduro bertanggung jawab atas aksi barbar tersebut.  Belum ada tanggapan resmi dari pemerintahan Maduro terhadap kecaman Amerika tersebut.

Baca: Krisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung 

Siapa Maduro, pemimpin yang dianggap diktator oleh Amerika? Untuk menduduki kursi Presiden Venezuela, Maduro menempuh jalur panjang di kancah politik.  Ia mengenal politik bermula dari organisasi Persatuan Pedagang. Selanjutnya memimpin organisasi itu hingga Maduro terpilih menjadi anggota parlemen.

Pada Maret 2013, Maduro yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Venezuela, menduduki kursi presiden untuk menggantikan Hugo Chavez karena meninggal.

Sebulan kemudian, 19 April 2013, Maduro diambil sumpahnya menjadi Presiden Venezuela  setelah dia memenangkan pemilihan umum yang digelar pada 14 April 2013.

Baca: Baca: Pilot Helikopter Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Diburu

Namun kemenangan Maduro dianggap kontroversial oleh kelompok oposisi, mahasiswa maupun pengamat politik. Bekas pemimpin kelompok buruh ini dianggap curang dalam pesta demokrasi tersebut.

Unjuk rasa di jalanan oleh oposisi dan mahasiswa dijawab oleh Maduro dengan kekuatan militer. Sementara untuk politik luar negeri, dia memilih jalur perseteruan dengan Amerika Serikat.

Menurut laporan CNN, 16 Mei 2017, Maduro mengusir tiga diplomat Amerika pada 30 September 2013 karena dianggap terlibat dalam berbagai kerusuhan yang melibatkan mahasiswa dan kelompok oposisi.

Pengusiran tiga diplomat Amerika tersebut disampaikan langsung oleh Maduro melalui siaran televisi milik pemerintah VTV. Sejak itu, ketegangan dua negara ini berlangsung terus hingga sekarang.

"Keluarlah dari Venezuela!" ucap Maduro di depan layar kaca. Dia menambahkan, "Yankee pulanglah. Cukup sudah penyalahgunaan kekebalan diplomatik kalian."

Baca: Presiden Maduro Disebut Diktator, Venezuela Pilih Keluar dari OAS  

Pekan lalu, Maduro berang dengan aksi seorang polisi yang menyerang gedung Mahkamah Agung dan Kementerian Dalam Negeri sebagai protes atas tirani Maduro. Kemarin, Maduro merestui serangan sekitar 100 orang terhadap anggota parlemen oposisi yang mengkritik pemerintahannya.

Maduro berusaha mati-matian memeprtahankan kekuasaannya di Venezuela  di tengah krisis ekonomi dan politik yang semakin parah.

CNN | AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN